2 Agu 2014

Penutupan Dolly Buah dari Kepemimpinan yang Benar

Kebijakan Pemkot Surabaya yang berani menutup lokalisasi dolly adalah buah dari keberanian dan kepahaman pemimpin akan makna kekuasaan yang benar. Dalam hal ini, Bu Risma paham betul bahwa tanggung jawab beliau sebagai umaro' (pemimpin) adalah melakukan penyelamatan terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang baik secara sosial maupun agama.

Tentu saja setiap kebijakan akan menuai pro dan kontra. Terkait adanya beberapa pihak yang kontra terhadap penutupan dolly, itu adalah salah satu resiko yang harus siap untuk dihadapi, dan saya melihat memang beliau sudah sangat siap.

"Saya sudah pamit keluarga untuk menutup gang Dolly hari ini, kalau saya mati, ikhlaskan." (Tri Rismaharini, Juni 2014)

Alasan penolakan penutupan lokalisasi masih saja berkutat pada dalih ekonomi dan kekhawatiran penyakit AIDS yang akan semakin menyebar tak terkendali. Ini hanyalah alasan orang-orang yang kurang mengerti nilai-nilai agama & kemanusiaan. Mereka lupa akan janji Allah bahwa rezeki yang halal masih bisa diusahakan selama kita tidak malas bekerja. Maka benar, orang-orang seperti ini tak perlu dituruti.

Dengan ini, jelaslah bahwa kekuasaan dan jabatan di pemerintahan tak selamanya identik dengan tahta dan kemewahan semata. Kekuasaan akan dapat menghilangkan kemungkaran yang tak dapat dilakukan oleh Al Quran.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Khalifah Ustman bin Affan Radhiyallahu‘anhu, "Sesungguhnya Allah akan menghilangkan dengan kekuasaan apa-apa yang tidak bisa dihilangkan dengan al Quran”.

Maka, tentu saja kebijakan yang baik ini tak lepas dari peran dan partisipasi rakyat yang telah benar memilih pemimpin yang amanah. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada siapapun, tentu usaha seperti ini kurang dapat dilakukan oleh para pejuang golput. Memang semua adalah pilihan. Mari kita dukung dan terus doakan untuk pemimpin-pemimpin kita yang berjuang dengan ikhlas menegakkan kebaikan.

Kita yakin Allah bersama orang-orang yang benar.



Akhir dari Pemilu

Tentu kita telah tahu betapa tingginya keududukan alim ulama dan para da'i yg dgn ikhlas memperjuangkan izzah agama islam di atas sunnah & kalimatul haq.

Apa yg dipikirkan dan diikhtiarkan oleh para da'i dan ulama terkait keikutsertaan mereka dlm pilpres kali ini tentu sangat berbeda dgn apa yg dipikirkan masyarakat umum. Mereka bergerak dan telah memutuskan dukungan atas dasar ilmu, maslahat dan keterjaminankeberlangsungan dakwah fiddin.

Jikalau hasil pilpres nanti ternyata tak bersesuaian dgn ikhtiar maka kewajiban kita sbg umat islam adalah meyakini bahwa segala takdir telah ditetapkan-Nya di lauhul mahfudz, pun dgn siapa yang nantinya akan memimpin negeri ini. Kita meyakini Allah telah mempersiapkan sgala sesuatu utk urusan kaum muslimin. Jika pemenangnya adalah pemimpin yg pro dengan syariah & agama islam, maka kaum muslimin akan dpt dgn tenang menyampaikan dakwahnya, niscaya proses takwinul ummah akan berjalan dengan baik.

Namun jika pemenangnya adalah pemimpin yg telah muncul tanda-tanda utk mendeskreditkan syariat & ummat islam, maka kaum muslimin pun juga harus menyambutnya dgn kesiapan utk menerima tantangan dakwah yg lebih berat, pengorbanan perjuangan yg lebih besar dari biasanya. Kita harus ridho pada takdir dan harus banyak melakukan muhasabah atas kerja-kerja dakwah yg telah kita lakukan. Atas ketetapan ini kita berlepas diri dihadapan Rabbul 'alamin atas segala kemudhorotan yang terjadi.

“Sungguh ajaib keadaan orang beriman, sesungguhnya semua urusan mereka berada dalam keadaan baik. Dan tiada yang memperolehi keadaan ini melainkan orang yang beriman saja. Sekiranya dia dianugerahkan sesuatu, dia bersyukur. Maka jadilah anugerah itu baik untuknya. Sekiranya dia ditimpa musibah, dia bersabar. Maka jadilah musibah itu baik untuknya” (H.R Muslim)

Ini menegaskan bahwa pilihan kita hanya dua, sabar dan syukur. Dan semuanya adalah kebaikan. Yang terpenting adalah kita telah menempatkan loyalitas kita dengan benar yakni dengan memberikan dukungan kepada calon pemimpin yang lebih dekat dengan kebaikan dan sedikit mudhorotnya. Bagi umat islam, sama saja. Kalau dia yang menang, kita tetap berdakwah. Jika bukan dia yang menang, kita juga tetap akan berdakwah.

Cukuplah bagi kita utk berikhtiar dan berdoa dalam batas kesanggupan seorang hamba. Tak ada yang kita harapkan melainkan kebaikan dan kemaslahatan. Kita ridho terhadap takdir-Nya, dimana tak ada satu pun yg telah Dia tetapkan melainkan ada hikmah dan kebaikan. Dan akhirnya kita bertawakkal serta mengembalikan segala urusan hanya kepada-Nya.

Semoga Allah ta'ala tetap mencurahkan kebaikan utk para ulama dan penyeru kebaikan agar taufik & hidayah-Nya tetap terlimpah utk bangsa ini.

Allahul musta'an. Hasbunallah wa ni'mal wakiil. Wallahu a'lam bis showab.



Jujur Membawa Mulia

Tak akan pernah ada kebahagiaan & kemuliaan yang hakiki, juga tak akan ada keberkahan sesuatu yang diperoleh dengan ketidak jujuran.

Lebih nyaman dihina karena jujur dari pada dipuji padahal tak jujur. 

(KH Abdullah Gymnastiar)


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India